Serial #RodaKehidupan mengajak Anda menyelami keseharian pekerja dari berbagai industri yang menggunakan wagely dan bagaimana mereka berjuang setiap harinya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Mulai dari pekerja di pabrik sepatu, hingga pekerja di restoran cepat saji, serial ini akan menampilkan kisah inspiratif di balik setiap pekerjaan yang mereka tekuni dalam perjalanan memutar #RodaKehidupan.
Di tengah keheningan wilayah pedesaan Jawa Barat, teror ‘bank emok’ membuat banyak ibu-ibu menangis histeris. Jenis lintah darat satu ini telah mencekik banyak keluarga dengan bunga selangit dan taktik penagihan yang kejam. Emok berasal dari Bahasa Sunda yang artinya duduk bersimpuh. Disebut bank emok karena transaksi dilakukan secara duduk lesehan di rumah nasabah dan menyasar kelompok perempuan.
Pengalaman pahit berurusan dengan bank emok pernah dialami oleh keluarga Yoshinta, seorang pekerja pabrik garmen di Sukabumi. Ia bercerita bahwa dulu ibunya tergiur ingin memajukan usaha pertanian keluarga. Namun, sang ibu malah terjerat dalam siklus pinjaman tak berujung. Keputusan sulit pun harus diambil yaitu menjual rumah satu-satunya.
Saat ini, Yoshinta tinggal bersama tiga anaknya, ibu, bapak, adik, dan keponakan di rumah panggung di atas kebun. Suami Yoshinta merantau bekerja di Bangka, sehingga Yoshinta mengelola rumah tangga dan anak-anak seorang diri. Ia juga bekerja di pabrik garmen yang bertugas untuk menyetrika 1.000 hingga 1.300 pakaian setiap harinya.Bertani kan hasilnya baru beberapa bulan kemudian. Contoh, bulan ke-2 pinjam bank emok, hasil taninya baru di bulan ke-4 atau ke-5. Tapi, tiap minggu harus setor bayar. Jadi, untuk menutup yang ini, ibu saya pinjam sama yang itu. Untuk menutup yang itu, ibu saya pinjam sama yang ini. Daripada bunganya semakin dalam, rumah akhirnya kami jual.
Yoshinta menerima gaji bulanan setiap tanggal 10, namun penghasilannya pas-pasan untuk kebutuhan sehari-hari keluarga besarnya. Terkadang, ada juga keadaan darurat yang memerlukan uang lebih, seperti ketika salah satu anaknya jatuh sakit. Dalam situasi ini, Yoshinta tidak punya pilihan lain selain meminjam uang.Penyemangat saya kerja ya anak. Pengen sih diam di rumah doang ngurus anak. Apalagi yang paling kecil seharusnya masuk paud tahun ini. Cuma kalau nggak kerja bantu suami, mau gimana nasib anak dan keluarga saya? Ibu saya cuma bertani. Itu pun kalau ada modal. Bapak pun kerjanya serabutan, kalau ada yang nyuruh saja.
Walaupun biaya hidup di kampung nggak seberapa kayak di kota, tapi kalau banyak anggota keluarga itu pasti banyak ya kebutuhannya. Pernah lagi kepepet banget saya akhirnya ke pinjol. Ternyata pinjolnya ilegal. Dan yang jeleknya itu, belum waktunya bayar saja sudah ditagih terus. Kontak saya sampai disebar kemana-mana.
Kekhawatiran finansial ini berlangsung hingga tahun 2022, sampai akhirnya secercah harapan baru muncul di tempat kerjanya. Pada akhir tahun, pabrik garmen tempat kerjanya meluncurkan fasilitas gaji instan melalui kemitraan bersama wagely, yang memungkinkan pekerja untuk menarik sebagian gaji kapan pun tanpa harus menunggu tanggal 10.
Menurut Yoshinta, wagely memberikan fleksibilitas finansial yang sangat ia butuhkan, mengurangi tekanan dan kekhawatiran yang selama ini ia rasakan. Sekarang, ia merasa lebih tenang dan bisa fokus pada pekerjaannya tanpa harus terus-menerus memikirkan cara untuk menutupi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.Biasanya pakai aplikasi wagely itu untuk beli bensin, bekal anak, buat kebutuhan sehari-hari lah kalau benar-benar udah nggak ada sisa uang. wagely ini kan gaji saya sendiri ya. Saya nggak lagi ngerasa terjepit kalau ada kebutuhan mendesak. Nggak perlu lagi cari pinjaman sana-sini. Bisa fokus kerja dan ngurus kebutuhan di rumah.
Target saya yang paling utama ingin punya rumah sendiri dan tidak lagi menumpang di tanah orang. Kadang suka mikir, gimana kalau kebun ini dijual oleh pemiliknya. Mau kemana anak dan ibu saya nanti? Terus, gimana pun caranya, saya ingin anak-anak harus sekolah sampai selesai. Punya masa depan yang lebih baik.